Nama
Asli dari al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain itu
beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff.
Al-Khawarizmi dikenal di Barat sebagai al-Khawarizmi, al-Cowarizmi,
al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi.
Beliau dilahirkan di Bukhara. Tahun 780-850M adalah zaman kegemilangan
al-Khawarizmi. al-Khawarizmi telah wafat antara tahun 220 dan 230M.
Ada yang
mengatakan al-Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan abad ke-9M. Sumber lain
menegaskan beliau hidup di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194H/780M dan
meninggal tahun 266H/850M di Baghdad.. Penulis sejarah
matematika, George Sarton mengungkap bahwa Al-Khwarizmi adalah seorang ilmuan
muslim terbesar dan terbaik, hingga menggolongkan periode antara abad IV – V
sebagai Zaman Al-Khwarizmi.Sementara E.Wiedermann mengatakan
tugasnya adalah mengungkapkan bahwa pribadi Al-Khwarizmi sebagai seorang ilmuan
jenius. Smith dan Karpinski menggambarkan pribadi Khwarizmi sebagai tokoh
terbesar pada masa keemasan Baghdad, salah seorang penulis Muslim yang
menggabungkan ilmu matematika klasik barat dan timur, mengklasifikasikan dan
akhirnya membangkitkan kesadaran dataran Eropa. Pria ini adalah… peneliti besar
dan sumbangsihnya terhadap ilmu aljabar dan arithmatika sangat besar. (David
Eugene Smith dan Karpinski, 1911, The Hindu-Arabic Numerals, Boston
and London: Ginn and Co.Publishers, 4-5).
RIWAYAT
HIDUP dan KARYANYA
Al-Khwarizmi
diperkirakan hidup di pinggiran Baghdad pada masa Khalifah al-Ma’mun (813 –
833) zaman Abasiyah, sebagai anggota Bayt al Hikma Baghdad yang
meneliti ilmu-ilmu pengetahuan dan terjemah yang didirikan ayah al-Ma’mun. Pada
masa Al-Khwarizmi hidup pula tokoh lain yang juga ahli astronomi dan matematika
seperti, Abu Ja’far Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi, salah satu dari tiga
serangkai ‘Banu Musa ibn Shakir’ selain Abdullah dan al-Khwarizmi sendiri.
Hampir sebagian besar kesuksesan yang dicapai al-Khwarizmi, seperti tulisan
tentang astronomi dan aljabar didedikasikan untuk al-Ma’mun. Di pihak lain,
Khalifah yang dikenal juga seorang ilmuan tokoh pengetahuan dan sahabat
al-Khwarizmi ini memberikan perhatian pada karya al-Khwarizmi dan memberikan
berbagai penghargaan.
Al-Khwarizmi
kemungkinan besar adalah satu-satunya ahli astronomi yang diikutsertakan dalam
proyek pimpinan al-Ma’mun untuk mengukur panjang satu derajat lingkar bumi
sepanjang garis busur. Sejak dia mengetahui bahwa bumi berbentuk seperti bola,
suatu nilai yang akurat untuk mengetahui lingkar bumi telah dicapai, yaitu
panjang satu derajat dikalikan dengan 360.
Al-Khwarizmi
diungkapkan mencoba untuk membuat ramalan tentang masa hidup Nabi Muhammad SAW
melalui ilmu astronomi. Dia hitung secara cermat waktu Nabi dilahirkan. Ia
termasuk salah seorang ahli perbintangan yang bekerjasama membuat sebuah Peta
Dunia untuk memenuhi permintaan al-Ma’mun, lalu terkenal dalam pembuatan Peta
Ptolemy.
Sebagai “Bapak
Ilmu Pengetahuan Aljabar” dia menulis buku berjudul Algebra, yang
kemudian diklasifikasi oleh para sejarawan matematika sebagai Dasar-dasar
Pengetahuan Matematika. Al-Khwarizmi adalah orang yang pertama kali
memperkenalkan ilmu aljabar dalam suatu bentuk dasar yang dapat diterapkan
dalam hidup sehari-hari. Hal ini berbeda dengan konsep aljabar Diophantus yang
lebih cenderung menggunakan aljabar untuk aplikasi teori-teori bilangan. Penamaan
tersebut bukan berasal dari tulisan karya Al-Khwarizmi dan bukan “Aritmatika” yang
merupakan tulisan Diophantus. Para ahli ilmu pasti kuno (termasuk Yunani)
mempertimbangkan bilangan sebagai suatu besaran. Ini terjadi ketika
Al-Khwarizmi memberi pemahaman angka sebagai sebuah hubungan murni di era
modern dimana ilmu pengetahuan aljabar salah satu bagiannya.
Karya
Al-Khwarizmi berjudul Kitab al-Jabr w’al-muqabalah (The
Book of Restoring and Balancing) menjadi titik awal aljabar dalam
dunia Islam. Kata aljabar ini digunakan di dunia Barat untuk
obyek yang sama. Menurut Kasir (1931), kata aljabar berasal dari tulisan
Al-Khwarizmi yang mencantumkan ’al-jab’ sebagai judulnya.
Tulisan ini diterjemahkan (abad XII) ke dalam bahasa Latin oleh Gerhard Cremona
dan Robert Chester, dimana buku ini digunakan sebagai buku wajib matematika
dasar di Eropa hingga abad XVI.
Pengaruh
lain yang berkait dengan ilmu matematika adalah suku kata ”algoritm” yang
dikonotasi sebagai sebuah prosedur baku dalam menghitung sesuatu. Kata ini
berasal dari perubahan versi Al-Khwarizmi ke versi Latin ‘algorismi’,
‘algorism’ dan akhirnya menjadi ’algorithm’. Angka
yang tertera dalam setiap halaman tulisan adalah salah satu bukti peran
Al-Khwarizmi dalam aritmatika. Tulisan aritmatika berbahasa Arab yang
pertama kali diterjemah ke bahasa Latin berperan penting dalam perkembangan
bilangan Arab dan sistem bilangan yang diterapkan saat ini. Bahwa penggunaan
sistem bilangan Arab dan notasi penulisan basis sepuluh, telah diperkenalkan
oleh Al-Khwarizmi, dapat dikatakan sebagai suatu revolusi perhitungan di abad
pertengahan bagi bangsa Eropa.
ARITMATIKA
Karya
aritmatika Al-Khwarizmi berjudul “Kitab al-jam wa’l-tafriq bi-hisab
al-Hid(Book of Addition and Subtraction by the Method of
Calculation) kemungkinan ditulis setelah mengerjakan Algebra. Edisi
bahasa Arab telah hilang, tapi versi Latin ditemukan tahun 1857 di perpustakaan
Universitas Cambridge, diyakini merupakan karya Al-Khwarizmi yang diterjemahkan
Adelard of Bath pada abad XII. Buku ini diterbitkan oleh B. Boncompagni dengan
judul Algoritmi de numero indorum (Roma, 1857) dan lalu oleh
Kurt Vogel dengan judul Mohammed ibn Musa Alchwarizmi’s Algorithmus (Aalen,
1963). Karya ini dikenal pelajaran pertama yang ditulis dengan menggunakan
sistem bilangan desimal, merupakan titik awal pengembangan matematika dan sains.
Pelajar di Eropa mengaitkan Al-Khwarizmi dengan ‘new aritmetic’ yang akhirnya
menjadi basis notasi angka, dimana penulisan angka Arab dikenal dengan istilah
’algorism’ atau ’algorithm’.
Hasil
karya Al-Khwarizmi menjadi penting karena merupakan notasi pertama menggunakan
basis angka Arab dari 1 sampai 9,0 dan pola nilai-penempatan. Ini dilengkapi
pula dengan aturan-aturan yang diperlukan dalam bekerja denga menggunakan
bilangan notasi Arab dan penjelasan tentang empat basis operasi perhitungan,
yaitu; penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Ini
juga mengakomodir bentuk-bentuk penulisan angka yang lazim digunakan, yaitu
penulisan dengan enam digit desimal dan penggunaan tanda akar.
Diantara
serangkaian notasi bilangan Arab yang diperkenalkan Al-Khwarizmi, tidak terlalu
signifikan dibanding notasi nol digit. Tanpa keberadaan bilangan nol
tabel-tabel yang memiliki kolom dalam satuan puluhan, ratusan dan selanjutnya
diperlukan untuk menempatkan satu satuan bilangan sesuai fungsinya. Notasi nol
disimbolkan dengan sebuah ruang kosong dalam satu rangkaian angka, bentuk
lingkaran kecil ini sebenarnya merupakan salah satu temuan matematika yang
terbesar. Notasi nol juga membuka jalan bagi konsep penulisan bentuk positif
dan negatif dalam aljabar.
ALJABAR
Buku “Kitab
al-jam wa’l-tafriq bi-hisab al-Hid” yang ditulis Al-Khwarizmi antara
tahun 813- 833 berkait dengan teori persamaan linier dan kuadrat dengan satu
variabel yang tak diketahui sebagaimana dasar perhitungan yang terkait bilangan
binominal dan trinominal. Karya Al-Khwarizmi ini diyakini merupakan buku
pertama dalam sejarah dimana istilah aljabar muncul dalam
konteks disiplin ilmu, lebih jauh dipertegas dalam pembukaan, formulasi dan
kosakata yang secara teknis adalah kosakata baru.
Ilmu
pengetahuan aljabar sendiri merupakan penyempurnaan terhadap pengetahuan yang
telah dicapai bangsa Mesir dan Babylonia. Kedua bangsa ini telah memiliki
catatan yang berhubungan dengan masalah aritmatika aljabar dan geometri pada
permulaan 2000 SM. Di dalam Arithmatica of Diophantus tercatat
tentang persamaan quadrat, namun belum terbentuk secara sistematis, karena itu
sebelum Al-Khwarizmi aljabar tak serius dan sistematis dipelajari. Meski begitu
terdapat perdebatan bahwa Al-Khwarizmi berkiblat pada ilmu matematika Yunani,
dan yang lain menyebut bangsa India dan Babylonialah inspirator karya
Al-Khwarizmi. Pertentangan opini itu tak mampu membuktikan adanya hubungan
antara karya Al-Khwarizmi dengan sumber-sumber yang diperkirakan sebelumnya.
Sejarawan matematika mengakui, bahwa mustahil jika mereka ”… terfokus pada keaslian
konsep dan model aljabar oleh Al-Khwarizmi, yang tidak diangkat dari konsep
aritmatika sebelumnya, juga bukan dari karya Diophantus ”.
Bagian
pertama tulisan Al-Khwarizmi menekankan teori-teori yang berkait dengan
subyeknya, memberi penerangan terhadap terminologi penulisan dan konsep
penulis. Bagian kedua, penekanan pada prosedur normal yang mensahkan penggunaan
perhitungan praktis untuk direduksi dengan dasar-dasar aljabar. Bagian akhir
berkenaan aplikasi aljabar bidang perdagangan, penelitian lapangan, pengukuran
geometri dan aplikasi hukum waris Islam.
Dalam
karya Algebra, ia gunakan istilah jadhr (roo) yang
berasal dari istilah radix / root,untuk penekanan awal. Menurut
David E. Smith, ide pencatuman kata ’akar’ dalam istilah matematika karena awalnya
selalu ditulis dalam tulisan Arab. Terjemah edisi Latin menyebut radix sebagai
istilah umum warisan peradaban Romawi yaitu Latus.Radix (root) berasal
dari kata jadhr dalam bahasa Arab, sedang Latus (side) merupakan
sisi dari suatu persegi geometri. Istilah ini tak memiliki sinonim dalam bahasa
Yunani, sebagai contoh, Diophantus menamakan suatu kumpulan dengan istilah the
numberyang diartikan suatu kelompok besar dari satu satuan. Al-Khwarizmi
menggunakan istilah mal yang dimaksud adalah pengganti square yang
tak dapat diketahui meski terkadang digunakan untuk pengganti istilah thing. Persamaan
lain yang digunakan secara khusus adalah istilah simple number yang
disebut sebagai dirham.
Dengan
menggunakan ketiga istilah tersebut, Al-Khwarizmi membuat dalil bahwa semua
jenis masalah yang ada dapat digolongkan pada salah satu dari enam persamaan
dasar seperti di bawah ini:
- Akar sama dengan bilangan (bx = c).
- Mal sama dengan akar (ax2 = bx).
- Mal sama dengan bilangan (ax2 = c).
- Bilangan dan mal sama dengan akar (c + ax2 = bx).
- Bilangan sama dengan akar ditambah mal (c = bx + ax2).
- Mal sama dengan bilangan ditambah akar (ax2 = c + bx).
Poin
pertama dalam persamaan dasar adalah membuat kelengkapan identifikasi terhadap
kasus sederhana pada tingkat pertama. Keenam persamaan tersebut menunjukkan
bahwa Al-Khwarizmi tidak mengenal keberadaan bialangan negatif atau bilangan
nol sebagai suatu koefisien. Jika diamati dari karyanya, dia tidak mencantumkan
penandaan simbol tetapi menjabarkan segalanya, termasuk bilangan-bilangan dalam
bentuk perkataan. Al-Khwarizmi mengenalkan bahwa terdapat dua hasil dari akar
quadrat, tetapi ia hanya menuliskan nilai positif, yang mungkin dapat menjadi
hasil irasional.
Al-Khwarizmi
membuat aturan (aljabar dan al-muqabalah) untuk
menyelesaikan masing-masing dari keenam persamaan dan memberi penjelasan
lengkap untuk memperkecil persoalan terhadap masing-masing bentuk persamaan.
Dalam bahasa matematika, istilah aljabar (pemulihan) lebih
cenderung mengacu kepada pengertian suatu nilai positif, seperti contoh di
dalam aljabar:
x2 =
40x – 4x2 dapat diubah menjadi bentuk aljabar 5x2 =
40x
Contoh
lain dari buku Al-Khwarizmi adalah:
50 +
x2 = 29 + 10x
Dengan
proses al-muqabalah, direduksi menjadi
21 +
x2 = 10x.
Kedua
operasi tersebut digabungkan dengan operasi aritmatika seperti perkalian,
penambahan, pengurangan, dan pembagian dari bilangan nominal dan binominal
sebagaimana konsep dasar dari perhitungan konsep quadrat yaitu dapat
menyelesaikan berbagai masalah yang ada dalam karya Algebra Al-Khwarizmi.
Selanjutnya dari buku tersebut Al-Khwarizmi memberi contoh penyelesaian bentuk
ketiga yang digabung dengan persamaan quadrat, serta jenis persamaan yang
berbeda dengan bantuan angka-angka memakai ide keseimbangan permukaan.
Pengaruh
Karya Algebra
Ahli
matematika pada masa Al-Khwarizmi dan saat ini memberi opini tentang Algebra,
antara lain Ibnu Turk, Thabit ibn Qurra, al-Sidnani, Sinan ibn al-Fath, Abu
Kamil dan Abu al-Wafa al-Buzjani. Karya Algebra juga populer
di Barat pada awal abad XII ketika para pelajar Eropa mulai menerjemah dari
bahasa Arab ke bahasa Lain, seperti Johannes Hispalensis (fl.1140), Gherardo of
Cremona (1114 – 1187), Adelard of Bath (fl.1120) dan Robert of Chester
(fl.1150).
Robert
Bacon (1214 – 1294) dan Vincent de Beauvais (sekitar 1275) menjadikan karya
Al-Khwarizmi sebagai referensi dan mengambil beberapa istilah yang ditemukan di
buku itu, demikian pula Albertus Magnus (1208 – 1280) mengacu tabel yang
ditulis Al-Khwarizmi. Sejarawan F. Woepcke menyebut bahwa Leonardo Fibonacci
mengutip model Al-Khwarizmi untuk contoh soal tapi sebagian dari kasus tersebut
kemungkinan berasal dari Abu Kamil, tokoh dimana Fibonacci mengutip sebagian
masalah dalam aljabar.
Buku Algebra memberi
kesan mendalam pada karya Regiomontanus (1436 – 1476), tidak saja mengacu pada
akar quadrat (ars rei et census) tetapi juga menggunakan
teknik pengungkapan tertentu; ’restaurare defactus’ sebagai
suatu contoh, dengan cara sama yang persis dengan pemahaman dalam aljabar.
Karpinski mencantumkan, kopi naskah Algebra yang ditampilkan
dalam kumpulan tulisan Plimpton menyerupai tulisan tangan dan pemakaian
singkatan yang digunakan Regiomontanus (Johannes Mueller). Bahwa pengarus karya
Al-Khwarizmi sangat besar pada naskah negara-negara Barat dan Latin yang
terlihat pada format tulisan dasar-dasar aljabar yang dipelajari di Eropa.
PERANAN DAN SUMBANGAN AL-KHAWARIZMI
Sumbangsihnya
dalam bentuk hasil karya diantaranya ialah :
1. Al-Jabr wa’l Muqabalah : beliau telah
mencipta pemakaian secans dan tangens dalam penyelidikan trigonometri dan
astronomi.
2. Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Beliau telah
mengajukan contoh-contoh persoalan matematika dan mengemukakan 800 buah masalah
yang sebagian besar merupakan persoalan yang dikemukakan oleh Neo. Babylian
dalam bentuk dugaan yang telah dibuktikan kebenarannya oleh al-Khawarizmi.
3. Sistem Nomor : Beliau telah
memperkenalkan konsep sifat dan ia penting dalam sistem Nomor pada zaman
sekarang. Karyanya yang satu ini memuat Cos, Sin dan Tan dalam penyelesaian
persamaan trigonometri , teorema segitiga sama kaki dan perhitungan luas
segitiga, segi empat dan lingkaran dalam geometri.
Banyak
lagi konsep dalam matematika yang telah diperkenalkan al-khawarizmi . Bidang
astronomi juga membuat al-Khawarizmi terkenal. Astronomi dapat diartikan
sebagai ilmu falaq [pengetahuan tentang bintang-bintang yang melibatkan kajian
tentang kedudukan, pergerakan, dan pemikiran serta tafsiran yang berkaitan
dengan bintang].
Kesimpulan
Sepeninggal
Al-Khwarizmi, keberadaan karyanya beralih kepada komunitas Islam termasuk cara
menjabarkan bilangan dalam metode perhitungan, bilangan pecahan; pengetahuan
aljabar yang merupakan suatu warisan untuk menyelesaikan persoalanperhitungan; dan
rumusan lebih akurat dari yang pernah ada sebelumnya.
Di
dunia Barat, ilmu matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya Al-Khwarizmi
dibanding karya penulis abad pertengahan. Masyarakat modern saat ini berhutang
budi pada Al-Khwarizmi dalam hal penggunaan bilangan Arab. Notasi penempatan
bilangan dengan basis 10, penggunaan bilangan irasional, dan diperkenalkannya
konsep aljabar modern membuatnya layak jadi figur penting dalam bidang
matematika di abad pertengahan. Sistem bilangan Arab yang diperkenalkannya
membawa perubahan dalam komposisi dan karakteristik matematika dan revolusi
proses perhitungan di abad pertengahan Eropa. Dengan penyatuan matematika
Yunani, Hindu dan mungkin Babylonia, teks aljabar merupakan salah satu karya
Islam di jagat dunia. Disamping itu kita juga tidak melupakan karyanya yang
lain, seperti huruf-huruf aljabar, algoritma, penemuan notasi angka nol, nilai
akar bilangan merupakan bukti peran Al-Khwarizmi mengembangkan pengetahuan
tentang perhitungan.
Subhanallah
BalasHapusilmu apa ini jangan tamba kurang
BalasHapus