Khalid
bin Walid adalah seorang panglima perang yang termasyhur dan ditakuti di medan
tempur. Ia mendapat julukan "Pedang Allah yang Terhunus". Dia adalah
salah satu dari panglima-panglima perang penting yang tidak terkalahkan
sepanjang karirnya.
Khalid
termasuk di antara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi Khalid,
adalah istri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni
saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini
main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui
suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.
Awalnya
Khalid bin Walid adalah panglima perang kaum kafir Quraisy yang terkenal dengan
pasukan kavalerinya. Pada saat Perang Uhud, Khalid yang melihat celah kelemahan
pasukan Muslimin yang menjadi lemah setelah bernafsu mengambil rampasan perang
dan turun dari Bukit Uhud, langsung menghajar pasukan Muslim pada saat itu.
Namun justru setelah perang itulah Khalid masuk Islam.
Ayah
Khalid, Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum adalah salah seorang pemimpin yang
paling berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia orang yang kaya raya. Dia
menghormati Ka’bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun
dialah yang menyediakan kain penutup Ka’bah. Pada masa ibadah haji dia memberi
makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Suku
Bani Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, merekalah
yang mengurus gudang senjata dan tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan
kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit. Tidak ada cabang suku Quraisy lain
yang lebih dibanggakan seperti Bani Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut
terhadap orang-orang Islam di lembah Abu Thalib, orang-orang Bani Makhzumlah
yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.
Ketika
Khalid bin Walid masuk Islam, Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid
mempunyai kemampuan berperang yang dapat membela panji-panji Islam dan
meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan
Khalid diangkat menjadi panglima perang dan menunjukkan hasil kemenangan atas
segala upaya jihadnya.
Pada
masa pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid ditunjuk menjadi panglima pasukan
Islam sebanyak 46.000, menghadapi tentara Byzantium dengan jumlah pasukan
240.000. Dia sama sekali tidak gentar menghadapinya, dia hanya khawatir tidak
bisa mengendalikan hatinya karena pengangkatannya dalam peperangan yang dikenal
dengan Perang Yarmuk itu.
Dalam
Perang Yarmuk jumlah pasukan Islam tidak seimbang dengan pihak musuh yang
berlipat-lipat. Ditambah lagi, pasukan Islam yang dipimpin Khalid tanpa
persenjataan yang lengkap, tidak terlatih dan rendah mutunya. Ini berbeda
dengan angkatan perang Romawi yang bersenjata lengkap dan baik, terlatih dan
jumlahnya lebih banyak. Bukan Khalid namanya jika tidak mempunyai strategi
perang, dia membagi pasukan Islam menjadi 40 kontingen dari 46.000 pasukan
Islam untuk memberi kesan seolah-olah pasukan Islam terkesan lebih besar dari
musuh.
Strategi
Khalid ternyata sangat ampuh. Saat itu, taktik yang digunakan oleh Romawi
terutama di Arab utara dan selatan ialah dengan membagi tentaranya menjadi lima
bagian; depan, belakang, kanan, kiri dan tengah. Heraklius telah mengikat
tentaranya dengan besi antara satu sama lain. Ini dilakukan agar mereka jangan
sampai lari dari peperangan.
Kegigihan
Khalid bin Walid dalam memimpin pasukannya membuahkan hasil yang membuat hampir
semua orang tercengang. Pasukan Islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu
berhasil memukul mundur tentara Romawi dan menaklukkan wilayah itu.
Perang
yang dipimpin Khalid lainnya adalah perang Riddah (perang melawan orang-orang
murtad). Perang Riddah ini terjadi karena suku-suku bangsa Arab tidak mau
tunduk lagi kepada pemerintahan Abu Bakar di Madinah. Mereka menganggap bahwa
perjanjian yang dibuat dengan Rasulullah, dengan sendirinya batal setelah
Rasulullah wafat.
Oleb
sebab itu, mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan
penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan. Maka Abu
Bakar mengutus Khalid bin Walid untuk menjadi jenderal pasukan perang Islam
untuk melawan kaum murtad tersebut, hasilnya kemenangan ada di pihak Khalid.
Masih
pada pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid dikirim ke Irak. Pertempuran
Walaja yang terjadi di Mesopotamia (sekarang Irak) antara pasukan Muslim dan
Kekaisaran Persia Sassania yang dibantu sekutunya,Sekalipun kalah jumlah tiga
banding satu, pasukan Muslim dibawah pimpinan Khalid bin Walid berhasil
mengalahkan pasukan Persia dengan telak. Kemenangan ini tak lepas dari
kecemerlangan strategi Khalid, yang melakukan manuver taktis pengepungan ganda
kemudian Khalid bin Walid diperintahkan oleh Abu Bakar meninggalkan Irak untuk
membantu pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid.
Ada
kisah yang menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sempurna di bidangnya;
ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik
di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia
berada dalam puncak popularitas.
Hal
ini ditunjukkannya saat Khalifah Umar bin Khathab mencopot sementara waktu
kepemimpinan Khalid bin Walid tanpa ada kesalahan apa pun. Menariknya, ia
menuntaskan perang dengan begitu sempurna. Setelah sukses, kepemimpinan pun ia
serahkan kepada penggantinya, Abu Ubaidah bin Jarrah.
Khalid
tidak mempunyai obsesi dengan ketokohannya. Dia tidak menjadikan popularitas
sebagai tujuan. Itu dianggapnya sebagai sebuah perjuangan dan semata-mata mengharapkan
ridha Sang Maha Pencipta. Itulah yang ia katakan menanggapi pergantiannya,
"Saya berjuang untuk kejayaan Islam. Bukan karena Umar!"
Jadi,
di mana pun posisinya, selama masih bisa ikut berperang, stamina Khalid tetap
prima. Itulah nilai ikhlas yang ingin dipegang seorang sahabat Rasulullah
seperti Khalid bin Walid.
0 komentar:
Posting Komentar